Jumat, 24 Juni 2011

Perkembangan Remaja

Dalam diri seseorang selalu mempunyai suatu masalah yang harus dipecahkan dan diselesaikan. Permasalahan ini melatarbelakangi perjalanan hidup seseorang dan memberikan warna bagi kehidupannya terlebih lagi anak muda atau remaja. Anak muda merupakan masa dalam tingkat emosi sangat mudah berubah dari pemikiran positif bisa menjadi negatif. Penuh dengan ambisi serta dorongan emosi yang sangat tidak menentu atau bisa disebut masa-masa yang labil. Ketidakjelasan batas-batas emosi yang tidak menentu dan terus menerus merasakan pertentangan antara sikap, ideologi dan gaya hidup. Nilai-nilai yang dominan dalam budaya anak muda ini menyangkut banyak hal kecuali keberhasilan dalam pelajaran, nilai-nilai yang dominan adalah: keunggulan dalam olah raga, pandai dansa, punya mobil, disenangi teman, senang hura-hura, senang pesta-pesta,jadi teman kencan yang baik, tidak dicap pengecut (untuk laki-laki), dan sebagainya.
Konflik ini dipertajam dengan keadaan diri yang berada diambang peralihan antara masa kanak-kanak dan dewasa atau belajar berdiri diantara semua hal yang dihadapi. Adapun Tahap-tahap peralihan itu adalah sebagai berikut :
1. Pembebasan kehendak dari kekuatan-kekuatan dari dalam diri sendiri maupun dari lingkungannyayang selama ini mendominasinnya.
2. Pemilahan kepribadian antara kehendak dengan kontrak kehendakterjadilah pejuangan moral antara dorongan-dorongan neurotik kedenderungan untuk tetap tertekan)dengan dorongan kreatif (kecenderungan untuk mencipta dan mengatur).Akibat dari konflik moral itu timblah perasaan bersalah,menyesali, dan menyalahkan diri serta perasaan rendah diri.
Remaja adalah suatu masa individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak ke dewasa. Adapun tahap-tahap perkembangnnya :
* 0-6 tahun : Pendidikan oleh ibu sendiri untuk pengembangan bagian dari jiwa penginderaan dan pegamatan.
* 6-12 tahun : Pendidikan daar sesuai dnan berkembangnya fakultas ingatan dan diberikanlah dalam pelajaran-pelajaran bahasa dan kebiasaan sosial dan agama.
* 12-18 tahun : Sekolah lanjutan sesuai dengan berkembangnbya faulas penalaran melalui penalajaran tat bahaa, ilmu alam, matematika, tika, dan dialektika.
* 18-24 tahun : Pedidikan tinggi dan pengembaraan untuk mengembangkan fakultas kehendak.

Remaja sebagai periode transisi antara anak-anak ke masa dewasa. Remaja juga merupakan restrukturisasi kesadaran atau masa penyempurnaan dari perkembangan dan puncak perkembangan ditandai dengan perubahan kondisi “entropy” ke kondisi “negative entropy”. Entropy adalah keadaan kesadaran manusia belum tertata rapi walaupun isinya sudah banyak (pengetahuan, perasaan)dsb. Istilah “entropy” ini sebetulnya dipinjam dari ilmu alam (fisika) dan ilmu komunikasi (khususnya teori komunikasi). Dalam ilmu alam “entropy” berarti keadaan tidak ada sistem yang tertentu dari suatu sumber energi sehingga sumber tersebut menjadi kehilangan energinya. Dalam ilmu komunikasi “entropy” berarti keadaan tidak ada pola tertentu dari rangsang-rangsang (stimulus) yang diterima seseorang, sehingga rangsang-rangsang tersebut menjadi kehilangan artinya. Entropy secara psikologik berarti isi kesadaran masih bertentangan, saling tidak berhuhungan sehingga saling mengurangi kapasitas kerjanya dan menimbulkan pengalaman yang kurang menyenangkan buat orang yang bersangkutan.
Kondisi entropy selama masa remaja, secara bertahap disusun, diarahkan, distrukturkan kembali, sehingga lambat laun terjadi “negative entropy” atau “negentropy”. Kondisi negentropy adalah keadaan isi kesadaran tersusun dengan baik, pengetahuan yag satu terkait dengan pengetahuan yang lain dan pengetahuan jelas hubungan dengan perasaan atau sikap. Orang yang bersangkutan dalam keadaan negentropy ini merasa dirinya sebagai kesatuan yang utuh dan bisa bertindak dengan tujuan yang jelas, tidak bimbang-bimbang lagi, sehingga bisa mempunyai tanggung jawab dan semangat kerja yang tinggi. Perkembangan akan perubahan itu memberikan tugas bagi dirinya sendiri dan diantaranya :
1. Menerima kondisi fisiknya dan memanfaatkan tubuhnya secara efektif.
2. Menerima hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya dari jenis
kelamin yang manapun.
3. Menerima peran jenis kelamin masing-masing (laki-laki maupun perempuan).
4. Berusaha melepaskan diri kertergantungan emosi terhadap orangtua dan orang
dewasa lainnya.
5. Mempersiapkan karir ekonomi.
6. Mempersiapkan perkawinan dan hidup berkeluarga.
7. Merncanakan tingkah laku sosial yang bertanggung jawab.
8. Mencapai sistem nilai dan etika tertentu sebagai pedoman tingkah lakunya.
Seorang anak muda yang labil yang berlaku sesuai keinginan hatinya walaupun dapat merugikan orang lain. Ketidakstabilan emosi yang ada pada diri seorang anak muda pada masa-masa ini membuat diri merasa untuk mengenal, mengerti, memahami diri maupun orang lain. Konflik ini muncul dalam bentuk ketegangan emosi yang terus meningkat dalam diri anak muda, bercampur dengan hal-hal yang berada di luar dirinya dan menjadi suatu keutuhan. Perasaan-perasaan yang dominan adalah ingin main-main, loncat-loncat, dan selalu membuat tingkah nakal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar